Jumat, 21 Mei 2010

Opini : Perencanaan penulisan mempengaruhi kualitas tulisan

Menulis bukan pekerjaan yang sulit tapi juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.

Tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.

Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam pembuatan tulisan, yaitu:

(1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya;

(2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan

(3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.

Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis, dan proses menulis. Pertama, lingkungan tugas adalah tugas yang penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis. Ketiga, proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu:

(1) merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan),

(2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan

(3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan).

Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear, karena penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur. Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) dan kualitas tulisan atau isi gagasan dapat terjaga.

Jadi, dengan adanya perencanaan yang matang dalam merangkai sebuah tulisan, memudahkan penulis untuk menentukan arah gagasan dan ide yang akan dikembangkan. Sehingga tulisan menjadi suatu output atau hasil yang memuaskan karena tercipta dari perencanaan yang baik.